Siang macet di sebuah rute pete-pete
Di bawah pekik surya yang menghajar hingga ke ubun
Kudengar celoteh dari suara-suara yang digolongkan aspirasi tapi tak pernah diaspirasikan
Suara seorang penumpang pete-pete kepada pak sopir
Celoteh yang berusaha menggambarkan sebuah realita
Kudengar celoteh pak sopir, yang berkelakar tentang kesemrawutan kota
Akibat kesemrawutan panggung politik
Jalan yang semakin berkurang tak mampu menampung kendaraan yang membludak, katanya
Kudengar celoteh pak sopir, yang menertawakan pemerintah
Yang kerjanya cuma memerintah bukan melayani, katanya
Kudengar celoteh pak sopir, yang terdengar polos dan murni memikirkan rakyat
Lebih polos dari celoteh mahasiswa yang duduk melingkar tapi tak lagi murni